InsyaAllah suatu saat nanti khilafah pasti tegak kembali
oleh K. H. Muhammad Arifin Ilham pada 18 Juli 2010 pukul 22:16
Dari album: Konferensi Khilafah Internasional 2007
Oleh KHILAFAH Tanpa Khilafah,
Umat Tak Memiliki ‘Izzah
Ustadz H. Arifin Ilham [Pimpinan Majelis Az-ZikDari ara
Persatuan itu merupakan buah dari keimanan yang kuat. Innamal Mu‘minûna ikhwat[un] (Sesungguhnya orang-orang Mukmin itu bersaudara). Dengan bersaudara, kita akan bersatu. Setelah bersatu, kita punya haybah (kekuatan). Nah, saat ini kita punya krisis haybah, quwah, wihdah, ukhuwah dan ujung-ujungnya persatuan.
Dengan bersatu, semuanya akan bergerak serentak dalam satu komando. Sebagaimana dalam shalat, dengan satu imam, maka semua makmum akan bersama-sama. Ridha Allah hidup dalam syariah-Nya. Ada kebersamaan, ada tafâhum, ada ta‘âwun, ada tarâhum, ada ta‘âmul; apalagi yang mempunyai kekuasaan ekonomi, sosial, budaya, militer dan seterusnya.
Umat bisa bersatu secara kongkrit di bawah satu bendera Khilafah Islamiyah. Persatuan yang diinginkan adalah yang terstruktur secara rapi: dari jahalah ke ma‘rifah; dari ma’rifah ke fikrah; dari fikrah ke harakah—harakah yang ter-menej dengan rapi. Jadi, tidak bisa tidak, harus ada organisasi (harakah) di situ. Allah Swt. Berfirman (yang artinya): Hendaklah ada segolongan umat dari kalian yang menyerukan kebaikan (Islam) serta mengajak pada kebaikan dan mencegah keburukan (QS Ali Imran [3]: 104).
Allah juga telah menjanjikan kepada orang-orang beriman dari kalian yang memenej dengan baik, kemudian mereka melakukan amal shalih, amal nyata, bahwa mereka akan dijadikan khalifah. Nah, saya melihat, saat ini berada dalam amal ini. Pada suatu saat, Allah akan menjadikan khalifah sebagaimana orang-orang terdahulu. Makanya, saya yakin embrio Khilafah terjadi. Namun, harus sabar, dan perlu kasih-sayang. Memperjuangkan yang haq itu harus sabar dan penuh kasih-sayang. Perjuangan membutuhkan kecerdasan dalam mengatur strategi, dengan selalu membersihkan hati dan mohon kepada Allah agar memberikan ilham-ilham dalam mengatur strategi itu; kemudian sifat belas-kasih, yakni akhlak mulia.
Persatuan umat bisa diwujudkan. Embrionya saja sudah ada. Saat ini hati umat sudah digerakkan oleh Allah. Namun, itu membutuhkan waktu. Kebenaran itu selalu menang, cuma tertunda. Karena itu, kita harus sabar.
Tentang Khilafah, itu mutlak; tidak bisa tidak. Khilafah itu kekuatan yang akan bisa kita maksimalkan dalam memperjuangkan kemuliaan Islam ini. Jadi ‘izzah (kemuliaan) berada dalam Khilafah. Khilafah adalah tangganya. Umat, jika tidak ada dalam Khilafah, tidak memiliki ‘izzah. Untuk itu semua komponen pejuang harus merapatkan diri pada Khilafah.
Hizbut Tahrir adalah pioner di antara yang memperjuangkan Khilafah. Saya melihat ketulusan dan kemurniannya semakin bertambah. Itu adalah daya pikat yang luar biasa. Karena itu, terus, ikhwah fî Allâh, Hizbut Tahrir menjaga kekuatan ruhaniah. Sebab, tidak sedikit, jatuhnya para pejuang, setelah berhasil meraih tahta, lalu belagu. Seharusnya kalau berhasil, perbanyaklah istigfar. Nah, sekarang umat Islam sudah mulai simpatik. Ini awal yang baik dari perjuangan Hizbut Tahrir yang murni, bahwa Khilafah Islamiyah hanya diperkuat setelah kekuatan ruhani, kemudian silaturahmi; datang ke kampung-kampung, masjid-masjid, mushala-mushala, majelis-majelis dalam setiap Maulid Nabi saw., Isra Mikraj dan lain sebagainya. Datanglah dan dekatilah dengan kesabaran dan kasih-sayang. Dengan itu umat akan semakin lama semakin paham. Kalau umat sudah-paham, mereka akan cinta. Kalau sudah cinta, pasti akan bersama. Yang namanya embrio, suatu saat akan menjadi bayi, anak-anak, remaja, dewasa dan…itulah saat nya.
Oleh KHILAFAH Tanpa Khilafah,
Umat Tak Memiliki ‘Izzah
Ustadz H. Arifin Ilham [Pimpinan Majelis Az-ZikDari ara
Persatuan itu merupakan buah dari keimanan yang kuat. Innamal Mu‘minûna ikhwat[un] (Sesungguhnya orang-orang Mukmin itu bersaudara). Dengan bersaudara, kita akan bersatu. Setelah bersatu, kita punya haybah (kekuatan). Nah, saat ini kita punya krisis haybah, quwah, wihdah, ukhuwah dan ujung-ujungnya persatuan.
Dengan bersatu, semuanya akan bergerak serentak dalam satu komando. Sebagaimana dalam shalat, dengan satu imam, maka semua makmum akan bersama-sama. Ridha Allah hidup dalam syariah-Nya. Ada kebersamaan, ada tafâhum, ada ta‘âwun, ada tarâhum, ada ta‘âmul; apalagi yang mempunyai kekuasaan ekonomi, sosial, budaya, militer dan seterusnya.
Umat bisa bersatu secara kongkrit di bawah satu bendera Khilafah Islamiyah. Persatuan yang diinginkan adalah yang terstruktur secara rapi: dari jahalah ke ma‘rifah; dari ma’rifah ke fikrah; dari fikrah ke harakah—harakah yang ter-menej dengan rapi. Jadi, tidak bisa tidak, harus ada organisasi (harakah) di situ. Allah Swt. Berfirman (yang artinya): Hendaklah ada segolongan umat dari kalian yang menyerukan kebaikan (Islam) serta mengajak pada kebaikan dan mencegah keburukan (QS Ali Imran [3]: 104).
Allah juga telah menjanjikan kepada orang-orang beriman dari kalian yang memenej dengan baik, kemudian mereka melakukan amal shalih, amal nyata, bahwa mereka akan dijadikan khalifah. Nah, saya melihat, saat ini berada dalam amal ini. Pada suatu saat, Allah akan menjadikan khalifah sebagaimana orang-orang terdahulu. Makanya, saya yakin embrio Khilafah terjadi. Namun, harus sabar, dan perlu kasih-sayang. Memperjuangkan yang haq itu harus sabar dan penuh kasih-sayang. Perjuangan membutuhkan kecerdasan dalam mengatur strategi, dengan selalu membersihkan hati dan mohon kepada Allah agar memberikan ilham-ilham dalam mengatur strategi itu; kemudian sifat belas-kasih, yakni akhlak mulia.
Persatuan umat bisa diwujudkan. Embrionya saja sudah ada. Saat ini hati umat sudah digerakkan oleh Allah. Namun, itu membutuhkan waktu. Kebenaran itu selalu menang, cuma tertunda. Karena itu, kita harus sabar.
Tentang Khilafah, itu mutlak; tidak bisa tidak. Khilafah itu kekuatan yang akan bisa kita maksimalkan dalam memperjuangkan kemuliaan Islam ini. Jadi ‘izzah (kemuliaan) berada dalam Khilafah. Khilafah adalah tangganya. Umat, jika tidak ada dalam Khilafah, tidak memiliki ‘izzah. Untuk itu semua komponen pejuang harus merapatkan diri pada Khilafah.
Hizbut Tahrir adalah pioner di antara yang memperjuangkan Khilafah. Saya melihat ketulusan dan kemurniannya semakin bertambah. Itu adalah daya pikat yang luar biasa. Karena itu, terus, ikhwah fî Allâh, Hizbut Tahrir menjaga kekuatan ruhaniah. Sebab, tidak sedikit, jatuhnya para pejuang, setelah berhasil meraih tahta, lalu belagu. Seharusnya kalau berhasil, perbanyaklah istigfar. Nah, sekarang umat Islam sudah mulai simpatik. Ini awal yang baik dari perjuangan Hizbut Tahrir yang murni, bahwa Khilafah Islamiyah hanya diperkuat setelah kekuatan ruhani, kemudian silaturahmi; datang ke kampung-kampung, masjid-masjid, mushala-mushala, majelis-majelis dalam setiap Maulid Nabi saw., Isra Mikraj dan lain sebagainya. Datanglah dan dekatilah dengan kesabaran dan kasih-sayang. Dengan itu umat akan semakin lama semakin paham. Kalau umat sudah-paham, mereka akan cinta. Kalau sudah cinta, pasti akan bersama. Yang namanya embrio, suatu saat akan menjadi bayi, anak-anak, remaja, dewasa dan…itulah saat nya.